Identitas Buku
Judul Buku :
Dinamika Kelompok
Pengarang :
Drs. Slamet Santosa, M.Pd
Penerbit :
Bumi Aksara
Tempat terbit :
Jakarta
Tahun terbit :
Agustus 2004
Tebal buku : vi
96 hlm ; 21 cm
Dinamika kelompok erat kaitannya dengan psikologi sosial. Sementara
itu obyek studi psikologi sosial mempelajari tingkah laku individu dalam
hubungan dengan situasi sosial. Siuasi sosial selalu berkaitan dengan kelompok
dan tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok.
Dinamika kelompok sebagai fenomena interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dan anggota kelompok yang lain secara timbal balik atau secara keseluruhan penting diketahui untuk lebih memahami bagaimana antarindividu dan antarkelompok berinteraksi dalam kelompok-kelompok sosial. Buku ini dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa khusus jurusan sosiologi dan hubungan internasional dalam mata kuliah psikologi sosial. Disamping itu para dosen guru dan instruktur juga dapat menjadikan buku ini sebagai acuan dalam berhubungan dengan mahasiswa dan anak didiknya.
Dinamika kelompok sebagai fenomena interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dan anggota kelompok yang lain secara timbal balik atau secara keseluruhan penting diketahui untuk lebih memahami bagaimana antarindividu dan antarkelompok berinteraksi dalam kelompok-kelompok sosial. Buku ini dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa khusus jurusan sosiologi dan hubungan internasional dalam mata kuliah psikologi sosial. Disamping itu para dosen guru dan instruktur juga dapat menjadikan buku ini sebagai acuan dalam berhubungan dengan mahasiswa dan anak didiknya.
Adanya konsepsi Moreno dalam bukunya Who shall Survive, mendorong
timbulnya pemikiran untuk mempelajari dinamika kelompok – kelompok sebagai
objek studi terlepas dari psikologi sosial yang selama ini menjadi pangkal
tolak dalam mempelajari dinamika kelompok. Keadaan demikian dapat dimaklumi
karena sejarah perkembangan dinamika kelompok berasal dari perkembangan
psikologi pada umumnya dan perkembangan psikologi sosial pada khususnya. Di
lain pihak, psikologi sosial sendiri tumbuh dan berkembang sangat pesat
dibandingkan dengan psikologi, sosiologi dan antropologi sehingga objek formal
psikologi sosial budaya banyak diambil dari ketiga ilmu tersebut.
BAB I
PENGENALAN TERHADAP DINAMIKA KELOMPOK
A.
Sejarah Dinamika Kelompok
1.
Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran
Plato, bahwa daya – daya pada individu tercermin di dalam struktur masyarakat
dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Menurut Plato: “Daya pikir individu
tercermin di dalam golongan pemerintah, daya kemauan tercermin di dalam
golongan ketentaraan dan daya perasaan tercermin di dalam golongan pedagang.”
Demikian kuatnya persatuan dan
interaksi sosial yang terjalin sehingga masing –masing golongan dapat
mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah – pecah dalam kelompok/ golongan
yang lebih kecil lagi.
2.
Zaman Leberalisme
Pengaruh cara berfikir bebas
mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap
individu tidak bisa menentukan individu lain dalam kehidupan.
Perkembangan selanjutnya, kebebasan
ini membawa malapetaka bagi tiap – tiap individu karena individu merasa tidak
mempunyai pedoman dalam kehidupan sehingga mereka tidak merasa memiliki
kepastian.
Oleh karena itu, timbul gagasan
individu untuk mengadakan perjanjian sosial antara sesamanya dan hal ini
dirumuskan di dalam Leviathan atau negara yang diharapkan dapat menjamin
kehidupan mereka.
3.
Zaman Ilmu Jiwa Bangsa-Bangsa
Pada masa ini Moritz Lazarus dan
Stanley Hall mempelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa
primitif yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya. Moritz Lazarus dan
Stanley Hall mengadakan penyelidikan terhadap adat dan bahasa rakyat dalam
hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif.
Dari hasil penyelidikan, pengaruh
adat dan bahasa rakyat menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga setiap
sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain. Hal ini
disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesatuan psikologi, dan
ini tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Teori ini kemudian berkembang bahwa
setiap masyarakat yang mempunyai kesatuan psikologi menjadi suku bangsa
tertentu, lengkap dengan kepribadian masing – masing. Inilah yang kemudian
terkenal dengan teori sosial.
4.
Zaman Gerakan Massa
Adanya bentuk pemerintahan otokrasi
dengan segala bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan
pergolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang sesuai dengan
yang dinginkan.
Gerakan masyarakat yang lebih
dikenal dengan gerakan massa mendorong Gustave Ie Bon untuk mengajar gejala –
gejala psikologis yang timbul dalam gerakan massa melalui penyelidikan secara
intensif dan mendalam.
5.
Zaman Psikologi Sosial
Penyelidikan terhadap massa telah
memberikan motivasi kepada para ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih
mendalam terhadap massa walaupun dengan risiko yang besar.
Oleh karena itu, Edward A. Ross
mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan
lingkungannya yang ditulis dalam bukunya Social Psychology.
Dalam meninjau situasi sosial maka
situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnya sejumlah
individu pada saat tertentu. Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa
situasi sosial membawa pula adanya kelompok.
6.
Zaman Dinamika Kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan
penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukkan
perlunya individu itu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul
solidariteit di dalam kehidupannya.
Hal ini disebabkan karena terdorong
oleh adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan
ketika hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila masing – masing individu
memiliki rasa solidaritas.
Moreno telah menunjukan dengan jelas
adanya kelompok – kelompok yang lebih konkret daripada ahli – ahli psikologi
sosial dan Moreno menunjukkan pula pengaruh kelompok tersebut terhadap
kehidupan individu dari kelompok itu.
Kurt Lewin telah menyimpulkan bahwa
tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya. Jadi, jelaslah bahwa
kelompok itu memang benar – benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
individu.
B.
Status Dinamika Kelompok
1.
Cabang Sosiologi
Ahli – ahli sosiologi seperti Homans, Moreno dan Mitschell
berpendapat bahwa masalah kelompok/grup dan struktur kelompok yang menjadi
objek dinamika kelompok merupakan sebagian bahan yang menjadi objek sosiologi
Moreno, misalnya berpendapat bahwa di dalam suatu kelompok pasti
terdapat social distance (jarak sosial) antara anggota kelompok tersebut. Hal
ini terdapat pada arah pilihan, sikap, isolasi, dan keakraban antara masing
–masing anggota.
2.
Cabang Psikologi
Robert F. Bales di dalam bukunya interaction analysis memasukkan
dinamika kelompok ke dalam cabang psikologi.
Alasan yang digunakan oleh Robert F. Bales adalah di dalam dinamika
kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok itu sendiri tetapi yang pokok
adalah proses kejiwaan yang terjadi / timbul pada individu dan pengaruhnya
terhadap kelompok. Misalnya Bales mengemukakan bagaimana pengaruh diskusi terhadap
cara berpikir individu.
3.
Cabang Psikologi Sosial
Para ahli psikologi sosial seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa
dinamika kelompok lebih ditekankan kepada peninjauan psikologi sosial karena
yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam
kelompok terhadap masing masing individu sebagai anggota suatu kelompok. Hal
ini berarti dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik/ saling
pengaruh antar anggota di dalam kehidupan berkelompok.
4.
Bidang Eksperimen
Di dalam buku Group Dynamic yang
disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa dinamika kelompok
sebenarnya adalah bidang eksperimen walaupun sifatnya cenderung mengarah kepada
persoalan psikologi.
Seperti diungkapkan oleh Zender
bahwa perkembangan alam demokrasi akan lebih menjamin kepentingan hak individu
sehingga semakin besar perkembangan demokrasi makin pesat pula perkembangan
individu.
C.
Definisi Dinamika Kelompok
Pengertian dinamika kelompok dapat
diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok.
1.
Pengertian Dinamika Kelompok
a.
Pengertian Dinamika
Dinamika berarti tingkah laku warga
yang satu secara langsung memengaruhi warga yang lain cara timbal balik. Jadi,
dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok
yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara
anggota dengan kelompok secara keseluruhan.
Keadaan ini dapat terjadi karena
selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus menerus berada
dalam kelompok itu. Oleh karena itu, kelompok tersebut bersifat dinamis,
artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari
dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara
anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok
mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang diambil
secara bersama – sama.
b.
Kelompok
Individu sebagai makhluk hidup
mempunyai kebutuhan yang menurut A. Maslow dikenal sebagai :
1)
kebutuhan fisik,
2)
kebutuhan rasa aman,
3)
kebutuhan kasih sayang,
4)
kebutuhan prestasi dan prestise, serta
5)
kebutuhan untuk melaksanakan sendiri.
Di lain pihak, individu memiliki
potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas, namun potensi yang ada pada
individu yang bersangkutan terbatas sehingga individu harus meminta bantuan
kepada individu lain yang sama – sama hidup satu kelompok.
Dalam keadaan seperti itu, individu
berusaha mengatasi kesulitan yang ada pada dirinya melalui prinsip escaping,
artinya salah satu bentuk pelarian diri dengan mengorbankan pribadinya dan
mempercayakan pada orang lain yang menurut pendapatnya memiliki sesuatu yang
tidak ada pada dirinya. Bentuk penyerahan diri seperti ini mengakibatkan
timbulnya perasaan perlunya kemesraan di dalam kehidupan bersama. Artinya,
individu tidak dapat hidup tanpa kerja sama dengan individu lain.
2.
Persoalan dalam Dinamika Kelompok
Dari pokok pengertian dinamika
kelompok dapat ditarik berbagai persoalan yang menjadi objek studi dinamika
kelompok. Lebih lanjut secara ringkas dapat disebutkan bahwa persoalan dinamika
kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama
dalam kelompok yang face to face.
a.
Kohesi/persatuan
Dalam
persoalan kohesi akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti
proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan
sebagainya.
b.
Motif/dorongan
Persoalan
motif ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti
kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan
sebagainya.
c.
Struktur
Persoalan
ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan
antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya.
d.
Pimpinan
Persoalan
pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok, hal ini terlihat pada
bentuk – bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan
sebagainya.
e.
Perkembangan
kelompok
Persoalan
perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan
ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada
dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya.
3.
Pentingnya Mempelajari Dinamika Kelompok
a.
Individu
tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat.
b.
Individu
tidak dapat pula bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya.
c.
Dalam
masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat
terlaksana dengan baik. Hal ini bisa terjadi apabila dikerjakan dalam kelompok
kecil.
d.
Masyarakat
yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan
efektif.
e.
Semakin
banyak diakui manfaat dari penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok
kelompok.
D.
Pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok
1.
Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan diri pada
konsep adanya aksi, interaksi dan situasi yang ada dalam suatu kelompok. Selanjutnya
Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok maka kelompok yang
bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat – sifat :
a.
adanya
stratifikasi kedudukan warga;
b.
adanya
diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu
dengan yang lain;
c.
adanya
perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh
faktor – faktor dari luar kelompok.
2.
Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada
sifat – sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Selanjutnya Stogdill
menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang
memengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai
tujuan kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok yang terorganisisr ialah
suatu kelompok yang tiap – tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam
hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
3.
Pendekatan dari Ahli Fsycho Analysis oleh Sigmund Freud dan
Scheidlinger
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek
– aspek motif dan emosional sangat memegang peranan penting dalam kehidupan
kelompok. Beliau mengungkapkan betapa kelompok akan dapat berbentuk apabila
didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok. Demikian pula emosional
yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok sehingga kelompok
tersebut semakin kukuh. Sementara itu, Sigmund Freud berpendapat di dalam
setiap kelompok perlu adanya coheviseness/kesatuan kelompok, agar kelompok
tersebut dapat bertahan lama dan berkembang.
Beliau mengungkapkan pula kesatuan
kelompok hanya dapat diwujudkan apabila tiap – tiap anggota kelompok
melaksanakan identifikasi bersama antara anggota satu dengan anggota yang lain.
4.
Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Pendekatan ini sebenarnya
menggunakan konsepsi dari metode sosiometri, yang sangat cocok diterapkan dalam
kelompok. Yennings mengemukakan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan dan
efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap anggota kelompok yang lain
dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno dengan sosiometrinya berhasil
membedakan psikhe group dan socio group.
a.
Psikhe
group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka,
simpati, atau antipati anggotanya.
b.
Socio
group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Dalam hubungannya dengan psikhe
group dan socio group, Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih
lancar apabila pembentukan socio group disesuaikan dengan psikhe group, dengan
memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
BAB II
INTERAKSI SOSIAL
A.
DEFINISI DAN ASPEK INTERAKSI SOSIAL
1.
Definisi Interaksi Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, menuntut adanya kehidupan
berkelompok sehingga keadaan ini mirip sebuah community, seperti desa, suku
bangsa, dan sebagainya yang masing – masing kelompok memiliki ciri yang berbeda
satu sama lain.
Kehidupan berkelompok ini, bukan ditentukan oleh adanya
interes/kepentingan, tetapi karena adanya the basic condition of a common life
(syarat – syarat dasar adanya kehidupan bersama). The basic condition of a
common life merupakan unsur pengikat kehidupan berkelompok mereka dan dapat
berupa locality, yaitu adanya daerah/tempat tinggal tertentu dan community
sentiment, yaitu suatu perasaan tentang pemilikan bersama dalam kehidupan.
Herold Bethel menjelaskan bahwa the basic condition of common life
dapat tercermin pada faktor – faktor berikut ini.
a.
Grouping
of people, artinya adanya kumpulan orang – orang.
b.
Definite
place, artinya adanya wilayah/tempat tinggal tertentu.
c.
Mode
of living, artinya adanya pemilihan cara – cara hidup.
2.
Aspek
– Aspek Interaksi Sosial
a.
Adanya
hubungan
Setiap
interaksi sudah barang tentu terjadi karena adanya hubungan antara individu
dengan individu maupun antara individu dengan kelompok.
b.
Ada
individu
Setiap
interaksi sosial menuntut tampilnya individu – individu yang melaksanakan
hubungan.
c.
Ada
tujuan
Setiap
interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti memengaruhi individu lain.
d.
Adanya
hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok
Interaksi
sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena
individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Di sampig itu, tiap- tiap
individu memiliki fungsi di dalam kelompoknya.
3.
Faktor – Faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial
Faktor-faktor yang dimaksud yaitu sebagai berikut :
a.
The
nature of the social situation
Situasi
sosial itu bagaimanapun memberi tingkah laku terhadap individu yang berada
dalam situasi tersebut.
b.
The
norms prevailing in any given social group
Kekuasaan
norma –norma kelompok sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial
antar individu.
c.
Their
own personality trends
Masing
– masing individu memiliki tujuan kepribadian sehingga berpengaruh terhadap
tingkah lakunya.
d.
A
person’s transitory tendencies
Setiap
individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang bersifat
sementara.
e.
The
process of perceiving and interpreting a situation
Setiap
situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga hal ini memengaruhi
individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut.
B.
DASAR – DASAR INTERAKSI SOSIAL
1.
Imitasi
G. Tarde mengungkapkan bahwa imitasi berasal dari kata imitation
yang berarti peniruan. Hal ini disebabkan karena manusia pada dasarnya
individualis. Namun di pihak lain manusia mempunyai kesanggupan untuk meniru
sehingga di dalam masyarakat terdapat kehidupan sosial.
2.
Sugesti
Istilah sugesti ini mula-mula dikenalkan secara luas oleh Gustave
Ie Bon dan istilah sugesti itu berasal dari kata latin suggere yang berarti
memengaruhi. Timbulnya aliran Psiko Analisis yang memperkembangkan istilah sugesti ini,
sehingga sugesti diartikan sebagai suatu proses ketika seseorang individu
memperoleh pandangan, sikap, dan tingkah laku individu tanpa dikritik lebih
dahulu. Dengan demikian, dari berbagai pengertian tentang sugesti ternyata pada
dasaranya sugesti adalah pemberian kepada yang lain tanpa dikritik terlebih
dahulu sehingga akibatnya terjadi tingkah laku yang beragam di antara mereka.
3.
Identifikasi
Menurut Sigmund Freud, identifikasi adalah dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan individu lain. Sejak manusia memiliki kesadaran egona, identifikasi
merupakan alat yang penting bagi dirinya untuk saling berhubungan dengan yang
lain. Identifikasi juga diartikan sebagai alat untuk sosialisasi individu dalam
kehidupan sehari-hari.
4.
Simpati
Simpati adalah suatu proses tertariknya seorang individu kepada
individu lain dalam keadaan atau situasi sosial.
C.
BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
1.
Marton Deuttah
a.
Kerjasama(
Cooperation) adalah kerja sama diartikan sebagai terpusatnya.
b.
Persaingan
adalah suatu bentuk interaksi social ketika seorang individu dapat mencapai
tujuan sehingga individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut.
2.
Park dan Burgess
a.
Persaingan
(Competition)
b.
Pertentangan
adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana seseorang individu atau kelompok
dapat mencapai tujuan maka individu atau kelompok yang lain akan hancur.
c.
Persesuaian(Accomodation)
adalah usaha-uasaha untuk mencapai kestabilan atau mengatasi
ketegangan-ketegangan.
d.
Perpaduan/Asimilasi
adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara
individu-individu atau kelompok-kelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan
kepentingan-kepentingan/tujuan bersama.
3.
Krout
a.
Komensialisme
artinya suatu interaksi sosial yang dilaksanakan tanpa adanya perjanjian
terlebih dahulu.
b.
Parasialisme
artinya suatu interaksi sosial yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja.
c.
Mutualisme
artinya suatu interaksi sosial yang menguntungkan kedua belah pihak.
d.
Sosiality
artinya suatu nteraksi sosialyang bersifat kemasyarakatan.
D.
TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL
Ada dua teori penting dalam interaksi sosial yaitu:
a.
Teori
Bales
b.
Hipotesis
G.C Homans
BAB III
KELOMPOK SOSIAL
A.
MACAM-MACAM KELOMPOK
1.
Situasi kebersamaan
Situasi
kebersamaan artinya suatu situasi dimana berkumpul sekumpulan individu secara
bersama-sama. Suatu kebersamaan ini menimbulkan kelompok kebersamaan yakni
suatu kelompok individu yang berkumpul dalam suatu ruang dan waktu yang sama
tumbuh dan mengerahkan tingkah laku secara spontan. Kelompok ini juga disebut
dengan massa atau crowd.
2.
Situasi kelompok sosial
Situasi
kelompok sosial artinya suatu situasi dimana terdapat dua individu atau lebih
yang telah mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain.
B.
DEFINISI DAN CIRI-CIRI KELOMPOK SOSIAL
1.
Definisi Kelompok sosial
a.
Muzafer
Sherif
Kelompok
sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga
diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma
tertentu.
b.
Menurut
Newcomb, Turner dan Converse
Sejumlah
orang-orang, dilihat sebagai kesatuan tunggal, merupakan satu kelompok sosial,
tetapi kita terutama mempunyai perhatian terhadap interaksi kelompok dan
terhadap ciri-cirinya yang relatif stabil.
2.
Ciri-ciri Kelompok Sosial
a.
Muzafer
Sherif mengungkapkan tentang ciri-ciri kelompok sosial yaitu :
1. Adanya dorongan / motif yang sama pada setiap individu sehingga
terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama.
2. Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda diantara individu satu
dengan yang lain akibat terjadinya interaksi sosial.
3. Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku
anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam
merealisasi tujuan kelompok.
b.
George
Simmel mengungkapkan tentang ciri-ciri kelompok sosial yaitu :
1. Besar kecilnya jumlah anggota kelompok sosial
2. Derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial
3. Kepentingan dan wilayah
4. Berlangsunggnya suatu kepentingan
5. Derajat organisasi
C.
PEMBENTUKAN DAN EFEKTIVITAS KELOMPOK SOSIAL
1.
Pembentukan kelompok sosial
oleh Hoggarth dan J.J Moreno
a.
Hoggart
Menggunakan
studi komparatif anatra metode individual dan metode kelompok dalam pelajaran
ilmu pasti.
b.
J.J
Moreno
Menggunakan
sosiometri yaitu suatu metode yang efisien dalam memiliki, tentang pembentukan
kelompok sosial dan seberapa jauh peranan seorang individu dalam kelompokknya. Untuk
mendapatkan data sosiometri, dapat menggunakan angket.
2.
Efektivitas Kelompok Sosial
Pendapat
tentang efektivitas kelompok sosial antara lain :
a.
Menurut
Floyd Ruch
Suasana
kelompok yang dimaksud adalah situasi yang mengakibatkan setiap anggota
kelompok merasa senang tinggal di dalam kelompok tersebut.
b.
Menurut
Crech dan Curtcfield
Kelompok
menjadi efektivitas apabila : Merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan
afilasi yaitu kebutuhan berkawan, dukungan dan cinta kasih, merupakan suatu
sarana mengembangan, memperkaya, serta memantapkan rasa harga diri dan
identitasnya, merupakan sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan
kehidupan social, merupakan sarana memperkuat perasaan aman, tenteram dan
berkuasa atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara
bersama, merupakan suatu ketika suatu tugas kerja dapat diselsaikan anggota
yang menerima beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi atau
membantu teman yang sakit.
D.
KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK SOSIAL
1.
Definisi Kepimimpinan
a.
Carter
dan Hampill berpendapat kepemimpinan adalah mengusahakan akan tindakannya,
memelopori struktur interaksi dari orang-orang lain sebagai bagian dari proses
pemecahan soal bersama.
b.
Drs.Ngalim
Purwanto berpendapat bahwa kepemimpinan adalah tindakan/ perbuatan diantara
perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang-seorang maupun kelompok
maju kearah tujuan-tujuan tertentu.
BAB IV
PENGARUH KELOMPOK SOSIAL
A.
Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Kehidupan Pribadi
1.
Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Persepsi Individu
Dalam setiap kelompok sosial terdapat sejumlah individu yang
berkumpul dan saling berinteraksi, sehingga di dalam kelompok sosial terdapat
situasi sosial. Dengan demikian, setiap individu akan tersentuh persepsi
sosialnya yang merupakan titik tolak individu untuk bertingkah laku terhadap
sesamanya dalam situasi sosial tersebut.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial
a.
Stimulus
Materials
Seorang individu mempunyai persepsi sosial yang sangat tergantung
pada isi stimulus itu, apakah puas atau tidak puas.
b.
Recording
The Response
Semua perangsang dari luar individu mempunyai pengalaman reaksi
terhadap perangsang tersebut dan pengalaman ini merupakan titik tolak dari
individu yang bersangkutan dalam menghadapi perangsang yang sama di masa yang
akan datang.
c.
Manipulation
of Variables
Isi perangsang dari luar dan pengalaman reaksi perangsang mempunyai
pengaruh terhadap pelaksanaan dari gejala berupa tingkah laku penting yang
diambilnya, apakah itu cepat ataukah lambat.
BAB V
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DINAMIKA KELOMPOK
A.
Kelompok Sebaya (Peer Group)
Pada hakikatnya manusia disamping
sebagai makhluk individu juga makhluk sosial. Dalam kelompok sebaya, individu
merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lain, seperti dibidang usia,
kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Dalam kelompok sebaya
tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun di antara anggota kelompok
merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya.
B.
Masyarakat (Community)
Menurut Soerjono Soekanto, istilah
community dapat diterjemahkan sebagai masyarakat setempat. Masyarakat setempat
adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh derajat hubungan
sosial tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan
perasaan masyarakat setempat.
C.
The Norton Street Gang
Ini adalah tentang para anak-anak
gang jalanan.
0 comments:
Post a Comment